Menteri Agama
Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, lima nilai budaya (Integritas,
profesionalitas, inovasi, tanggung jawab, dan keteladanan) adalah ruh dan jiwa
aktivitas keseharian Kementerian Agama.
Lima nilai juga,
ujar Menag, tidak berada dalam ruang hampa, tapi ditopang oleh
nilai-nilai revolusi mental, yaitu; Integritas, Etos Kerja dan Gotong Royong.
Dan revolusi mental juga tidak berdiri sendiri, juga menjadi bagian dari
pengejawantahan visi misi pemerintahan yang dicanangkan oleh pendiri bangsa
Soekarno, yakni berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan
berkepribadian secara budaya.
1. Integritas
Siapapun yang ada di Kementerian Agama, harus selalu tertanam pada dirinya nilai untuk supaya senantiasa menjaga integritas. Nilai-nilai integritas adalah kejujuran dalam berbicara dan bertindak, amanah dalam menjalankan tugasnya, disiplin dan tidak ada pembiaran masalah atau kebijakan yang tidak sesuai aturan.2. Profesionalitas
Dimanapun kita berada, kita dituntut untuk menguasai betul bidang kerja kita, itu artinya profesional di bidangnya. Kita ingin tumbuhkan profesionalitas ada dalam diri setiap kita, sebagai nilai yang selalu melekat pada diri kita. Menjalankan tugas sesuai target dengan baik dan berkualitas. Tidak melebar dan meluas apa yang seharusnya tidak kita kerjan. Fokus pada peningkatan kualitas kerja kita dengan baik dan benar.3. Inovasi
Kita harus termotivasi untuk melahirkan kreasi inovasi baru di bidang kita masing-masing. Sesuatu yang baru tentu membawa manfaat yang lebih banyak, sesuai dengan konteks situasi dan kondisi kita.4. Tanggungjawab
Aparatur Kementerian Agama harus mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa kiprah mereka di Kementerian Agama itu akan dipertanggungjawabkan. Inilah cara kita untuk selalu membentengi diri untuk selalu on the track dalam mengemban kepercayaan, dan menjalankan tugas dan fingsi masing-masing.5. Keteladanan
Aparatur Kementerian Agama adalah teladan dilingkungan masing-masing, karenanya keteladanan sangat penting ditanamkan kepada diri kita
Dikatakan Menag, Kementerian Agama dengan label “Agama” menjadi distingsi atau pembeda dari Kementerian/lembaga lainnya. Oleh karenanya, Kemenag jangan hanya berpikir mikro dan makro, tapi harus berpikir giga (raksasa).
“Kita tidak hanya
sedang sedang membangun Kemenag (mikro), membangun bangsa (makro), tapi
selanjutnya membangun peradaban (giga),” kata Menag saat membuka acara Workshop
Penguatan Nilai-Nilai Budaya Kerja dan Revolusi Mental Kementerian Agama RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas Komentarnya